INVESTIGASI
ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu : Angga Hidayat
NIDN : 0426108802
Disusun Oleh :
Ariston
Laia :
2013122699
Astrid
Marlena :
2013122396
Ayustia
Andini :
2013122402
Hendra :
2013121958
Muhamad
Nurdiansyah : 2013121181
Muhamad
Ikhsan :
2013122669
PROGRAM
STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
PAMULANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salahsatu acuan memahami Metodologi Penelitan dengan judul Investigasi Ilmiah.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan bagi para pembaca,
sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya
dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman
yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.
Tangerang Selatan, November 2015
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR
BELAKANG
Manajer sering dihadapkan pada persoalan yang
memerlukan pengambilan keputusan secara kritis.
Keputusan yang diambil berdasarkan hasil penelitian ilmiah akan lebih
mendatangkan hasil yang diharapkan. Investigasi ilmiah
atau penelitian ilmiah berfokus pada pemecahan masalah dan mengikuti metode
langkah demi langkah yang logis, terorganisir, dan
ketat untuk mengidentifikasi
masalah, mengumpulkan data, menganalisisnya,
dan menarik kesimpulan yang valid dari hal tersebut. Informasi yang diperoleh
dari investigasi ilmiah akan lebih obyektif
ketimbang subyektif dan dapat membantu manajer menyoroti hal-hal mendasar yang
sifatnya kritis yang membutuhkan perhatian khusus untuk menghindari dampak yang
tidak diinginkan.
1.2.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
itu investigasi ilmiah?
2. Apa
ciri-ciri penelitian ilmiah?
3. Bagaimana
keterbatasan penelitian dalam bidang manajemen?
4. Apa
langkah-langkah penelitian ilmiah?
5. Apa
saja tipe penelitian lainnya?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian
Penelitian Ilmiah
Penelitian ilmiah berfokus pada pemecahan masalah
dan mengikuti metode langkah demi langkah yang logis, terorganisasi, dan ketat
untuk mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, menganalisisnya, dan menarik
kesimpulan yang valid dari hal tersebut (Sekaran, 2006).
Kuncoro (2013:3), mendefinisikan penelitian ilmiah
dengan aplikasi secara sistematis dari metode ilmiah untuk mempelajari dan
menjawab permasalahan. Metode ilmiah dalam penelitian dilakukan secara kritis
dan analitis, logis, objektif, konseptual dan teoritis, emperis dan sistematis.
Dari pengertian diatas kami menyimpulkan penelitian
ilimiah adalah kegiatan untuk mepelajari dan menjawab masalah dengan mengikuti
metode langkah demi langkah yang logis, terorganisasi dan sistematis lalu
menarik kesimpulan yang valid.
2.2.
Ciri-ciri Penelitian Ilmiah
Sekaran (2006), memberikan ciri-ciri penelitian ilmiah
antara lain sebagai berikut:
2.2.1.
Tujuan
jelas
Menurut Wibisono (2007), tujuan adalah rangkaian
kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan
yang ingin dicapai di masa depan.
Manajer memulai
penelitian dengan sebuah sasaran atau
tujuan yang jelas. Fokusnya adalah untuk meningkatkan komitmen karyawan
terhadap organisasi. Peningkatan komitmen karyawan akan terwujud dalam
berkurangnya pergantian karyawan, absensi, dan mungkin menaikkan level kinerja
karyawan, yang kesemuanya akan menguntungkan organisasi. Penelitian terserbut
dengan demikian mempunyai sebuah fokus tujuan yang jelas (Sekaran, 2006).
Menurut kami,
penelitian harus dimulai dengan memiliki tujuan yang jelas. Apa maksud dan
tujuan seorang manager atau peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan yang
jelas dalam penelitian pada dasar nya ialah untuk memecahkan masalah atau
menjawab pertanyaan dari seorang manager atau peneliti. Oleh karena itu
seharusnya peneliti merumuskan masalah atau pertanyaan tentang fenomena yang
ingin di teliti, agar penelitian bisa terfokus pada tujuan yang ingin dicapai.
2.2.2.
Ketepatan
Ketepatan
mengandung arti kehati-hatian, kecermatan, dan tingkat ketelitian dalam
investigasi penelitian. Dalam contoh kasus, katakan manajer sebuah organisasi
meminta 10 sampai 12 karyawannya untuk mengungkapkan apa yang akan meningkatkan
level komitmen mereka pada organisasi. Jika hanya berdasarkan respons tersebut,
manajer menarik kesimpulan mengenai bagaimana janji karyawan dapat
ditingkatkan, seluruh pendekatan investigasi akan tidak ilmiah. Hal tersebut
akan mengurangi ketepatan karena alasan berikut:
-
Kesimpulan akan ditarik karena hanya
berdasarkan respon dari sedikit karyawan yang pendapatannya mungkin tidak
mewakili seluruh karyawan lain.
- Cara menyusun dan mengajukan pertanyaan
dapat menimbulkan ketidaktepatan dalam respons.
- Mungkin ada banyak pengaruh penting lain
dalam komitmenorganisasi, sampel responden yang kecil tidak dapat dikatakan
selama wawancara, dan peneliti akan gagal untuk menyertakannya. Karena itu,
kesimpulan yang ditarik dari investigasi yang kurang mempunyai dasar teori yang
baik.
Ketepatan penelitian memerlukan dasar teori yang
baik dan metodologi yang dipikirkan dengan hati-hati. Faktor-faktor tersebut
memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan jenis informasi yang benar dari sampel
yang tepat dengan tingkat bias minimum, dan memfasilitasi analisis yang sesuai
terhadap data yang di peroleh (Sekaran, 2006).
Menurut kami, ketepatan dalam penelitian adalah
hati-hati, cermat dan teliti. Kesimpulan yang ditarik dari investigasi harus
mewakili dari semua objek yang diteliti. Lalu peneliti harus menyusun dan
mengajukan pertanyaan jelas agar ada ketepatan dalam respons. Ketepatan
penelitian memerlukan dasar teori yang baik dan metodologi yang dipikirkan
dengan hati-hati agar peneliti dapat mengumpulkan informasi yang benar dari
sampel yang tepat.
2.2.3.
Dapat
diuji
Jika, setelah mewawancarai sekelompok karyawan
perusahaan secara acak dan mempelajari penelitian sebelumnya yang dilakukan
dalam hal janji dalam perusahaan, manajer atau peneliti membuat pernyataan
tertentu bagaimana cara meningkatkan janji karyawan, maka hal tersebut dapat di
uji dengan menerapkan uji statistik tertentu pada data yang di kumpulkan untuk
tujuan tersebut. Misalnya, peneliti mungkin menghipotesis bahwa karyawan yang
merasakan kesempatan lebih besar untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan akan mempunyai tingkat janji yang
lebih tinggi. Ini adalah pernyataan yang
dapat di uji setelah data telah di kumpulkan. Analisis hubungan akan
menunjukkan apakah pernyataan tersebut diterima atau ditolak (Sekaran, 2006).
Kesimpulannya, suatu penelitian bisa dikatakan
ilmiah jika dapat diuji. Dalam hal ini maksud nya adalah peneliti membuat
hipotesis atau pernyataan tertentu setelah melakukan wawancara dan mengumpulkan
data untuk diuji dengan menggunakan uji statistik. Analisis hubungan akan
menunjukkan apakah pernyataan tersebut diterima atau ditolak.
2.2.4.
Dapat
Ditiru
Manajer/Peneliti, berdasarakan hasil studi, meyimpulkan
bahwa partisipasi dalam pengambilan keputusan merupakan salah satu faktor
terpenting dalam mempengaruhi komitmen
karyawan terhadap organisasi. Maka temuan dan kesimpulan tersebut akan lebih
dipercaya jika temuan yang mirip muncul berdasarkan data yang dikumpulkan oleh
organisasi lain yang menggunakan metode yang sejenis. Dengan kata lain hasil
uji hipotesis tersebut harus didukung lagi dan lagi ketika jenis penelitian serupa
diulangi dalam keadaan lain yang mirip.
Bila hal tersebut terjadi (misalnya, hasil ditiru atau terulang) kita akan
memperoleh keyakinan dalam sifat ilmiah penelitian kita (Sekaran, 2006).
Dari Penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa dalam penelitian Ilmiah suatu perusahan harus dibuat berdasarkan data dan
sudah diteliti kebenarannya serta adanya Hipotesis yang tidak bersifat
kebetulan tetapi merupakan keadaan organisasi yang sebenarnya dan jika dikemudian hari ditemukan masalah yang mirip dengan penelitian ilmiah.dapat
menjadi acuan suatu organisasi dalam pengambilan keputusan.
2.2.5.
Ketelitian
dan Keyakinan
Dalam penelitian manajemen, kita jarang menarik kesimpulan “pasti” berdasarkan hasil
dari analisa kita. Hal tersebut karena kita tidak dapat mempelajari keseluruhan
item, peristiwa, atau populasi yang
berkaitan, dan terpaksa mendasarkan temuan kita pada sampel yang kita ambil
dari keseluruhan.
Ketelitian (precistion) mengacu pada kedekatan
temuan dengan ”realitas” berdasarkan
sebuah sampel. Dengan kata lain, ketelitian mencerminkan tingkat keakuratan
atau keyakinan hasil berdasarkan sampel, terkait apa yang benar-benar eksis
dalam keseluruhan.
Keyakinan (confidende) mengacu pada probalitas ketepatan estimasi kita. Karena itu, tidaklah
cukup hanya teliti ,tetapi juga penting bahwa kita dapat dengan yakin
menegaskan bahwa 95% waktu hasil kita benar dan hanya 5 % kemungkinan salah dan
kemungkinan dirujuk sebagai level
signifikasi 0,05(p = 0.05).
Itulah yang disebut dengan keyakinan dan
aspek terpenting dalam sebuah penelitian, semakin besar ketelitian dan
keyakinan yang kita bidik dalam penelitian, semakin ilmiah investigasi kita
akan semakin berguna hasilnya (Sekaran, 2006).
Dari Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
ketelitian sebuah sampel harus berdasarkan keyataan yang ada tidak menutupi
kebenaran dengan demikian ketelian harus sesuai dengan sampel dan sudah diuji
kebenarannya. Dalam penelitian suatu masalah tidak cukup dengan teliti saja
tapi kita juga harus yakin bahwa sample yang sudah dibuat benar dan tidak ada
lagi masalah yang akan timbul.
2.2.6.
Objektifitas
Interpretasi hasil dari analisa data harus objektif
yaitu, harus berdasarkan fakta-fakta dari temuan yang berasal dari data data
aktual dan bukan nilai-nilai subjek atau emosional kita. Banyak kerugian yang
diderita oleh organisasi yang
melaksanankan kesimpulan yang tidak berdasarkan data-data atau peyesatan yang
ditarik dari penelitian. Semakin objektif interprestasi data, semakin ilmiah
investigasi penelitian, meskipun manajer atau peneliti dapat memulai dengan beberapa keyakinan dan nilai
subjektif awal, interprestasi mereka
terhadap data sebaiknya bebas dari nilai
dan bias pribadi. Bila manager berusaha melakukan penelitian sendiri mereka
harus sangat peka terhadap aspek tersebut. Dengan demikian objektivitas
merupakan ciri lain dari investigasi ilmiah (Sekaran, 2006).
Jadi menurut kami dalam pengambilan kesimpulan dari
suatu masalah yang kita analisan harus objektif, artinya harus didasari oleh
fakta dan temuan yang berasal dari data aktual, bukan dari nilai-nilai subjek
atau emosional dan opini pribadi peneliti. Hal ini sangat penting karena
semakin objektif interprestasi data, maka semakin ilmiah investigasi
penelitian.
2.2.7.
Dapat
Digeneralisasi
Dapat digeneralisasi mengacu pada cakupan penerapan
temuan penelitian dalam satu konteks organisasi ke konteks organisasi lainnya. Tidak
dapat dipungkiri lagi, semakin luas jangkauan penerapan solusi yang dihasilkan
oleh penelitian, semakin berguna penelitian tersebut bagi para pengguna. Semakin
penelitian dapat digeneralisasi, semakin besar kegunaan dan nialinya. Tetapi,
tidak banyak temuan penelian yang dapat digeneralisasi pada semua konteks,
situasi, atau organisasi lainnya (Sekaran, 2006).
Penelitian ilmiah dapat mempunyai kemampuan untuk di
generalisasi, maksudnya disini adalah jika seorang peneliti menemukan temuan
penelitian yang dapat diterapkan diruang lingkup yang lebih luas. Semakin luas
ruang lingkup penelitian yang dapat digeneralisasi, akan semakin meningkat
kegunaan, konstribusi, maupun nilainya dari temuan tersebut terhadap
pengembangan teori atau praktik. Tetapi tidak semua temuan penelitian yang
dapat digeneralisasi pada semua konteks, situasi, atau organisasi lainnya.
2.2.8.
Hemat
Kesederhaan dalam menjelaskan persoalan yang muncul,
dan dalam menghasilkan sebuah solusi masalah, selalu lebih disukai untuk
kerangka penelitian yang mudah dicerna, yang meliputi jumlah faktor yang tidak
dapat dikendalikan. Sifat ekonomis dalam model penelitian dicapai jika kita
memasukan ke dalam kerangka penelitian lebih sedikit jumlah variabel yang akan
menjelaskan varians secara jauh lebih efisien dibanding seperangkat variable
kompleks yang hanya akan sedikit menambah varian yang dijelaskan. Seringkali
pertanyaan yang sering muncul adalah mengapa pendekatan ilmiah diperlukan untuk
investigasi jika penelitian sistematik dengan sekadar mengumpulkan data dan
menganalisis data juga dapat menghasilkan temuan yang bisa diterapkan untuk
memecahkan persoalan (Sekaran, 2006).
Kerangka penelitian dalam bentuk sederhana dalam
menjelaskan fenomena atau persoalan yang muncul didalamnya, dan penelitian
dapat menghasilkan solusi untuk masalah yang muncul. Kerangka penelitian yang kompleks selalu lebih disukai. Sifat
ekonomis dalam model penelitian dicapai jika kerangka penelitian dengan sedikit
jumlah variabel tapi mampu menjelaskan varians secara jauh akan lebih efisien
dibanding memasukan lebih banyak variabel yang hanya sedikit menambah
penjelasan varians.
2.3.
KETERBATASAN
PENELITIAN ILMIAH DALAM BIDANG MANAJEMEN
Dalam
bidang manajemen dan ilmu sosial, tidak selalu mungkin untuk melakukan
investigasi yang 100% ilmiah, dalam arti bahwa, seperti dalam ilmu pasti, hasil
yang diperoleh tidak akan pasti dan bebas-kesalahan. Hal ini terutama karena
kesulitan yang dihadapi dalam pengukuran dan pengumpulan data dalam bidang
subyektif seperti perasaan, emosi, sikap, dan persepsi. Persoalan-persoalan
tersebut muncul kapan pun kita berusaha untuk mengkuantifikasikan perilaku
manusia. Kesulitan juga mungkin dijumpai dalam mendapatkan sampel yang
mewakili, membatasi generalisasi temuan. Dengan demikian, tidak selalu mungkin
untuk memenuhi semua ciri sains sepenuhnya. Sifat bisa diperbandingkan,
konsistensi, dan generalisasi yang luas sulit dicapai dalam penelitian. Tetap
saja, dalam rangka mendesain penelitian untuk memastikan kejelasan tujuan,
ketepatan, dan sifat dapat diuji, dapat ditiru, dapat digeneralisasi,
objektivitas, hemat, dan ketelitian serta keyakinan yang semaksimal mungkin,
kita harus berusaha keras untuk menggunakan investigasi ilmiah (Sekaran, 2006).
2.4. RINTANGAN SAINS DALAM PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian ilmiah, setelah kita
mengetahui arti dari investigasi kita mulai melakukan langkah – langkah untuk
memulai penelitian tersebut, namun untuk memulai hal tersebut akan banyak
rintangan yang akan dihadapi oleh seorang peneliti, dalam materi ini kita akan
mengenal apa yang dimaksud dengan rintangan sains dalam investigasi penelitian
ilmiah. Bentuk metode investigasi ilmiah yang sering dilakukan oleh peneliti adalah
tidak lain terdiri dari pola pikir deduksi dan induksi Sebelum itu, perlu
diketahui apa arti rintangan itu sendiri khususnya dalam investigasi ilmiah.
-
Deduksi adalah proses dimana kita tiba
pada suatu kesimpulan beralasan melalui generalisasi logis dari sebuah fakta
yang diketahui. Sedangkan Induksi adalah proses dimana kita mengamati fenomena
tertentu dan berdasarkan hal tersebut tiba pada kesimpulan (Sekaran,2006).
-
Deduksi adalah pola berpikir yang
bertitik tolak dari pernyataan yang bersifat umum, dan menarik kesimpulan yang
bersifat khusus. dan Induksi merupakan suatu pola berpikir yang menarik suatu
kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual
(Sukandarrumidi, 2006).
-
Deduksi
adalah penarikan kesimpulan untuk hal spesifik dari gejala umum dan sebaliknya,
induksi adalah penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan spesifik untuk hal-hal
yang umum (Kuncoro, 2013).
Berdasarkan beberapa
pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian dari
Deduksi adalah Metode penalaraan yang di
ambil dari kasus-kasus yang terbilang atau bersifat umun di uji akan
kebenarannya lalu di hubungkan dengan kasus-kasus yang lebih khusus.
Berikut contoh dari Deduksi: Karyawan PT.XYZ dikenal
akan kesuksesanya. Semua dikarenakan gaji beserta tunjangan dalam bekerja
sangat diperhatikan, manajemen yang baik serta pemimpin yang bijaksana.
Sedangkan Induksi adalah keterbalikan dari metode deduksi, yaitu proses
pengambilan keputusan yang di ambil dari masalah-masalah secara khusus dan
disimpulkan dengan berupa peryataan umum. Berikut contoh dari metode Induksi:
gaji beserta tunjangan yang di perhatikan dan manajemen yang baik dan bijaksana
sangat membantu dalam kesemangatan karyawan dalam bekerja sehingga
perusahaanpun akan terus berkembang.
Menurut Sekaran (2006), rintangan – rintangan
penyelidikan ilmiah meliputi proses mengamati fenomena yang
terjadi,mengidentifikasi masalah, membangun sebuah teori yang mungkin berlaku,
membuat hipotesis, menentukan aspek-aspek desain penelitian,mengumpulkan data,
menganalisi data, dan menginterprestasikan hasil.
2.5.
TUJUH
LANGKAH METODE HIPOTESIS-DEDUKTIF
Setelah kita mengetahui rintangan-rintangan yang
terjadi dalam menginvestigasi ilmiah dan proses Deduktif dan Induktif dalam
penelitian, pada bagian ini kita akan mempelajari tentang langkah-langkah
pangambilan kesimpulan. Menurut Sekaran (2006), terdapat tujuh langkah dalam
metode penelitian hipotesis-deduktif yang diambil dari sebuah
rintangan-rintangan yang terjadi yaitu:
2.5.1.
Pengamatan
Pengamatan pada masalah adalah proses pertama dalam
penelitian, dalam proses ini peneliti harus mengamati kasus yang terjadi untuk
mengetahui seperti apa kasus yang akan di teliti.
2.5.2.
Pengumpulan
Informasi awal
Proses mencari informasi tentang hal yang di amati
guna untuk mengetahui sebab dan penyebab terjadinya kasus tersebut, dalam
proses pengumpulan informasi peneliti dapat mengumpulkan informasi dengan cara
observasi, kuesioner, interview, studi dokumentasi dan lain-lain kepada sumber-sumber
yang relevan. Setelah peneliti mengetahui atau mendapatkan informasi maka
peneliti dapat mengartikan faktor-faktor yang telah di identifikasi dalam tahap
pengumpulan informasi dengan memilahnya bersama dalam beberapa cara yang
bermakna (Sekaran, 2006).
2.5.3.
Perumusan
Teori
Perumusan teori dalah usaha untuk menggabungkan
semua informasi dalam cara yang logis, sehingga faktor-faktor yang berkaitan
dengan masalah dapat di konseptualisasi dan diuji. Kerangka teoritis yang
dirumuskan sering dituntut oleh pengalaman dan intuisi. Pada langkah ini,
variabel kritis diuji kontribusi dan pengaruhnya dalam menjelaskan mengapa
masalah terjadi dan bagaimana hal tersebut dapat diselesaikan.
Saat ini, seseorang mungkin mempertanyakan mengapa
sebuah teori harus dirumuskan setiap kali sebuah masalah diteliti, dan mengapa
seseorang tidak dapat bertindak berdasarkan informasi yang terkandung dalam
temuan penelitian yang dipublikasikan sebelumnya, saat sedang menyelidiki
literature. Ada beberapa alasan untuk hal ini, salah satunya adalah bahwa study
yang berbeda mungkin mengidentifikasi variable yang berbeda, yang sebagian
diantaranya mungkin tidak relevan untuk situasi yang sedang dihadapi. Juga,
dalam studi sebelumnya, sejumlah hipotesis mungkin terbukti dan lainnya tidak,
sehingga menimbulkan situasi yang membingungkan. Karena itu solusi dalam setiap
situasi masalah yang kompleks dipermudah dengan merumuskan dan menguji
teori-teori yang relevan dengan situasi tersebut (Sekaran, 2006).
Pendapat kami, pada tahapan ini peneliti harus
merumuskan teori-teori mana yang akan dipakai setiap kali melakukan penelitian.
Teori yang telah dirumuskan tersebut menjadi alat dalam mengkaji suatu masalah
yang akan diteliti. Dalam menunjang keberhasilan suatu penelitian perumusan
teori harus sesuai dengan situasi yang dihadapi, artinya tingkat relevansi
teori yang dirumuskan dengan masalah yang akan diteliti menjadi sangat penting.
2.5.4.
Penyusunan
Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang
bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih
lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga harus diuji secara empiris (Purwanto
dan Sulistyastuti,2007).
Penyusunan hipotesis adalah langkah logis
selanjutnya setelah perumusan teori. Dari jaringan asosiasi teori diantara
variabel, hipotesis atau perkiraan tertentu yang dapat diuji pun bisa
dihasilkan. Pengujian hipotesis disebut penelitian deduktif (deductive). Terkadang, hipotesis yang
tidak dirumuskan secara orisinil dihasilkan melalui proses induksi (induction). Yaitu, setelah data
diperoleh, beberapa gagasan kreatif muncul, dan berdasarkan hal tersebut,
hipotesis baru pun bisa dihasilkan untuk diuji kemudian. Biasanya dalam
penelitian, pengujuan hipotesis melalui penelitian deduktif dan hipotesis yang
dihasilkan dengan induksi keduanya adalah lazim (Sekaran, 2006).
Kesimpulannya, pada tahap ini kita perlu menyusun
pernyataan atau dugaan sementara untuk diuji kebenarannya. Pengujian hipotesis
melalui penelitian deduktif dan hipotesis yang dihasilkan dengan induksi
keduanya adalah lazim.
2.5.5.
Pengumpulan
Data Ilmiah Lebih Lanjut
Setelah menyusun hipotesis, data yang terkait dengan
setiap variabel dalam hipotetis perlu dikumpulkan. Dengan kata lain,
pengumpulan data ilmiah lebih lanjut adalah diperlukan untuk menguji hipotesis
yang dihasilkan dalam studi. Data dalam setiap variabel dalam kerangka teoritis
dimana hipotesis yang dihasilkan juga harus dikumpulkan. Data tersebut kemudian
menjadi dasar untuk analisis data lebih lanjut (Sekaran, 2006).
Menurut kami, Pengumpulan data ilmiah lebih lanjut
diperlukan sebagai penunjang dari hipotesis yang sudah disusun. Data yang
dikumpulkan adalah data yang terkait dengan setiap variabel hipotesis, data
tersebut digunakan sebagai bahan pelengkap untuk meneruskan ke proses analisis
data. Pada tahap ini adalah bagian melengkapi dari pengumpulan data awal.
2.5.6.
Analisis
Data
Analisis data adalah data yang diperoleh dari
berbagai sumber yang dikumpulkan dan
dianalisis secara statistik untuk melihat apakah hipotesis terbukti yang
bertujuan untuk mengungkapkan data apa yang masih perli dicari, hipotesis apa
yang perlu diuji, pernyataan apa yang perlu dijawab, metode apa yang harus
digunakan untuk mendapatkan informasi baru dan kesalahan apa yang harus segera
diperbaiki. Misalnya produsen mengeluarkan type handphone terbaru dan ternyata
tingkat penjualan dan daya tarik konsumen kurang baik. Hipotesis lain dapat
diuji dengan analisis statistik yang tepat,analisis kuantitatif dan kualitattif
terhadap data dapat dilakukan jika sejumlah perkiraan terbukti. Data kualitatif
mengacu pada informasi yang diperoleh dalam bentuk naratif melalui wawancara
dan pengamatan. Misalnya, untuk menguji teori bahwa keterbatasan budget
berpengaruh pada respon dan tingkat penjualan dan daya tarik konsumen. Respon
dari para konsumen yang mengungkapkan reaksi mereka dalam cara yang berbedda
kemudian dapat dikelola untuk melihat
katagori masing-masing dan tingkat dimana jenis respon serupa disampaikan oleh
konsumen.
2.5.7.
Deduksi
Deduksi adalah proses tiba pada kesimpulan dengan
meninterprestasikan arti dari hasil analisis data (Sekaran, 2006). Misalnya
jika ditemukan dari hasil analisis data bahwa memberikan discount serta hadiah dengan meningkatkan konsumen, maka seseorang
dapa menarik kesimpulan bahwa untuk meningkatkan kepuasan konsumen, cara
penjualan dan pemasaran harus memberikan dan menampilkan lebih baik. Kesimpulan
lain dari analisis data tersebut adalah bahwa cara penjualan dan pemasaran
berpengaruh terhadap daya tarik dan tingkat kepuasan konsumen. Berdasarkan
deduksi tersebut, peneliti dapat mengajukan rekomendasi mengenai bagaimana
masalah “daya tarik dan tingkat konsumen” dapat diselesikan. Secara ringkas ada
tujuh langkah yang termasuk dalam penidentifikasian dan pemecahan persoalan
yang problematic untuk memastikan bahwa tujuh langkah metode hipotesis.
2.6.
TIPE
PENELITIAN LAINNYA
Menurut Sekaran (2006), untuk mempelajari jenis
persoalan tertentu digunakan penelitian lainnya seperti :
2.6.1.
Studi
Kasus
Studi kasus meliputi analisis mendalam dan
kontekstual terhadap situasi yang mirip dalam organisasi lain dimana sifat dan
definisi masalah yang terjadi adalah serupa dengan yang dialami dalam situasi
saat ini. Pada studi hipotesis deduktif, hipotesis juga dapat disusun dalam
studi kasus dengan baik. Bagaimanapun jika bagian hipotesis tersebut tidak
terbukti bahkan dalam satu studi kasus lain, tidak ada dukungan yang dapat
diberikan pada pembentukan hipotesis alternatif.
Studi kasus, sebagai teknik pemecahan masalah, tidak
sering dilakukan dalam organisasi karena studi seperti itu memiliki masalah
serupa yang dialami oleh sebuah organisasi, terkait ukuran dan dalam jenis
konteks tertentu sulit untuk dilakukan. Selain itu, studi kasus yang otentik
sangat sulit untuk ditemukan karena banyak perusahaan memilih untuk
melindunginya sebagai data rahasia.Tetapi, dengan memeriksa dokumen studi kasus
secara teliti, manajer berada dalam posisi untuk memperoleh beberapa petunjuk mengenai
faktor–faktor yang mungkin berlaku dalam situasi saat ini dan bagaimana
persoalan dapat dipecahkan.
Studi kasus biasanya menyediakan data kualitatif
daripada data kuantitatif untuk dianalisis dan diinterpretasikan. Bagaimanapun,
penerapan analisis studi kasus pada persoalan organisasi tertentu relatif mudah
(Sekaran, 2006).
2.6.2.
Penelitian
Tindakan
Penelitian tindakan
kadang – kadang dilakukan oleh konsultan yang ingin memulai proses
perubahan dalam organisasi. Dengan kata lain, metodologi penelitian tindakan
paling tepat jika berkenaan dengan perubahan yang direncanakan. Disini,
peneliti memulai dengan sebuah masalah yang telah diidentifikasi dan
mengumpulkan data yang relevan untuk menyediakan solusi masalah
sementara.Solusi tersebut kemudian dilaksanakan, dengan pengetahuan bahwa
mungkin ada konsekuensi yang tidak diinginkan yang mengiringi pelaksanaan
tersebut. Pengaruhnya kemudian dievaluasi, didefinisikan, didiagnosa, dan
peneliti pun melanjutkan hingga masalah telah sepenuhnya diselesaikan.
Dengan demikian, penelitian tindakan merupakan
proyek yang berkembang secara terus-menerus yang saling memengaruhi antar
masalah yang ada, solusi, pengaruh atau konsekuensi, dan solusi baru.
Definisi masalah yang bijaksana realistis dan cara-cara kreatif untuk mengumpulkan
data penting dalam penelitian tindakan (Sekaran, 2006).
BAB
III
PENUTUP
3.1.
KESIMPULAN
Penelitian ilmiah berfokus pada pemecahan masalah
dan mengikuti metode langkah demi langkah yang logis, terorganisasi, dan ketat
untuk mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, menganalisisnya, dan menarik
kesimpulan yang valid dari hal tersebut (Sakaran, 2006).
Kami juga mennyimpulkan penelitian ilimiah adalah
kegiatan untuk mepelajari dan menjawab masalah dengan mengikuti metode langkah
demi langkah yang logis, terorganisasi dan sistematis lalu menarik kesimpulan
yang valid.
Ciri-ciri
penelitian ilmiah yaitu: tujuan Jelas, ketepatan, dapat diuji, dapat ditiru,
ketelitian dan keyakinan, objektivitas, dapat digeneralisaasi dan hemat.
Dalam
bidang manajemen dan ilmu sosial, tidak selalu mungkin untuk melakukan
investigasi yang 100% ilmiah, dalam arti bahwa, seperti dalam ilmu pasti, hasil
yang diperoleh tidak akan pasti dan bebas-kesalahan. Hal ini terutama karena
kesulitan yang dihadapi dalam pengukuran dan pengumpulan data dalam bidang
subyektif seperti pemasaran, emosi, sikap, dan persepsi.
Terdapat tujuh langkah dalam metode penelitian
hipotesis-deduktif yang diambil dari sebuah rintangan-rintangan yang terjadi
yaitu: Pengamatan, pengumpulan informasi awal, perumusan teori, penyusunan
hipotesis, pengumpulan data ilmiah lebih lanjut, analisis data dan deduksi.
DAFTAR
PUSTAKA
Agus
Purwanto, Erwan dan Dyah Ratih Sulistyastuti. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Untuk Administrasi Publik, Dan
Masalah-masalah Sosial.Yogyakarta: Gaya Media.
Kuncoro,
M. 2013. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Salemba Empat
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi 4, Buku 1. Jakarta:
Salemba Empat.
Sukandarrumidi,. 2006. Metodologi Penelitian : Petunjuk Praktis
Untuk Peneliti Pemula. Yogyakarta: Gajahmada University Press.
Wibisono.2007. Memebedah Konsep dan Aplikasi Corporate Social Responsibility.Surabaya:
Media Grapka.
Kreeennn banget. ....
BalasHapus